No.
|
Aspek
|
Keterangan
|
1.
|
Tokoh
|
John Broadus Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus
Frederic Skinner.
|
2.
|
Hakikat Manusia
|
- Corey
(2003: 198) menyatakan bahwa pendekatan behavior tidak menguraikan
asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap
manusia dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan
negative yang sama. Manusia pada dasarnya di dibentuk dan ditentukan oleh
lingkungan sosial budayanya. Segenap tingkahlaku manusia itu dipelajari.
- Winkel
(2004: 420) menyatakan bahwa konseling behavioristik berpangkal pada beberapa
keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan
sebagian bersifat psikologis, yaitu:
a. Manusia pada dasarnya tidak
berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek.
b. Manusia mampu untuk berefleksi
atas tingkahlakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur
serta mengontrol perilakunya sendiri.
c. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri suatu pola tingkahlaku
yang baru melalui proses belajar.
d. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi
oleh perilaku orang lain
- Disimpulkan
bahwa hakikat manusia pada pandangan behavioris yaitu pada dasarnya manusia
tidak memiliki bakat apapun, semua tingkahlaku manusia adalah hasil belajar.
Manusia pun dapat mempengaruhi orang lain, begitu pula sebaliknya. Manusia
dapat menggunakan orang lain sebagai model pembelajarannya.
|
3.
|
Tujuan
Konseling
|
-
Menurut
Corey (2003: 202) menyatakan bahwa tujuan umum terapi tingkahlaku adalah
menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
-
Tujuan konseling Behavior Secara
Umum:
a.
Menciptakan kondisi baru
pembelajar.
b.
Menghapus tingkah laku maladaptive
untuk digantikan perilaku yang adaptif.
c.
Meningkatkan personality choice.
|
4.
|
Prinsip-Prinsip
|
Adapun beberapa prinsip dalam pendekatan behavior,
yakni sebagai berikut:
-
Memodifikasi tingkah laku melalui
pemberian penguatan
-
Mengurangi
frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan
-
Memberikan
penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terham-batnya
kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
-
Mengkondisikan
pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape
recorder, atau contoh nyata langsung)
-
Merencanakan
prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan
sistem kontrak.
|
5.
|
Tingkah
Laku Bermasalah
|
Menurut Latipun (2008: 135)
menyatakan bahwa perilaku yang bermasalah dalam pandangan behavioris dapat
dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku
yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan
Sedangkan
menurut Feist & Feist (2008: 398) menyatakan bahwa perilaku yang tidak
tepat meliputi:
-
Perilaku
terlalu bersemangat yang tidak sesuai denga situasi yang dihadapi, tetapi
mungkin cocok jika dilihat berdasarkan sejarah masa lalunya.
-
Perilaku
yang terlalu kaku, digunakan untuk menghindari stimuli yang tidak diinginkan
terkait dengan hukuman,
-
Perilaku
yang memblokir realitas, yaitu mengabaikan begitu saja stimuli yang tidak
diinginkan.
-
Pengetahuan
akan kelemahan diri yang termanifestasikan dalam respon-respon-respon menipu
diri.
|
6.
|
Peran
dan Fungsi Konselor
|
Menurut
Corey (2003: 205) menyatakan bahwa terapis tingkahlaku harus memainkan peran
aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yaitu terapis menerapkan
pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-pemecahan bagi masalah manusia,
para kliennya. Terapis tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru,
pengarah, ahli dalam mendiagnosis tingkahlaku yang maladatif dan dalam
menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan mengarah pada
tingkahlau yang baru dan adjustive.
|
7.
|
Pengalaman
Klien dalam Konseli
|
Menurut Corey (2003: 208) klien
harus secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan-tujuan,
harus memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan terapeuttik, baik selama pertemuan-pertemuan
terapi maupun di luar terapi, dalam situasi-situasi kehidupan nyata. jika
klien tidak secara tidak aktif terlibat dalam proses terapeutik, maka terapi
tidak akan membawa hasil-hasil yang memuaskan.
|
8.
|
Tahap-Tahap
Konseling
|
|
9.
|
Tahapan
Perumusan Tujuan Konseling
|
a. Konselor dan klien
mendifinisikan masalah yang dihadapi klien
b. Klien mengkhususkan
perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling
c. Konselor dan klien
mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien :
a.
Apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien.
b.
Apakah tujuan itu realistic
c.
Kemungkinan manfaatnya.
d.
Kemungkinan kerugiannya
5)
Konselor dan klien membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling dengan
menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan
yang akan dicapai, atau melakukan referral
|
10.
|
Teknik
Konseling
|
pendekatan
behavioris memiliki banyak teknik spesifik yakni sebagai berikut:
1. Desensitisasi sistematik
2. Latihan asertif
3. Terapi impolsif dan pembanjiran
4. Pembentukan perilaku model
5. Kontrak perilaku
6. Terapi aversi
7. Pengkondisian operan
8. Pembentukan respon
9. Perkuatan positif
10. Perkuatan intermiten
11. Penghapusan
12. Token ekonomi
13. Sexual training
14. Thought stopping
|
11.
|
Keterampilan
Dasar Konseling
|
1.
Opening : Mutlak digunakan untuk menyambut dan dalam pembinaan hubungan baik.
Keterampilan ini dilaksanakan diawal pertemuan supaya suasana kondusif
tercapai sehingga klien mersakan bebas dalam berekspresi tentang apa yang ada
dalam pikiran dan perasaannya
2.
Acceptance : Menurut Supriyo (2006:23), Acceptance merupakan teknik
penerimaan yang digunakan oleh konselor untuk menunnjukkan mnat dan pemahaman
terhadap hal-hal yang dikemukakan klien. Disini seorang konselor dituntut
untuk memberikan respon secara tepat mengenai apa yang sedang dirasakan oleh
klien.
3.
Lead : ketrampilan mengarahkan pembicaraan yang meluas menjadi lebih
mengkerucut, sehingga konselor bisa mengidentifikasi sumber masalah bisa
tepat.
a) Lead Umum
Menurut supriyo (2006;30) mengatakan bahwa lead umum
merupakan teknik pengarahan yang memberikan kesempatan kepada klien untuk
bebas mengelaborasi, mengeksplorasi, atau memberikan reaksi dari berbagai
kemungkinan sesuai dengan keinginan klien
b) Lead Khusus
Supriyo (2006;30) berpendapat bahwa teknik lead khusus
adalah suatu keterampilan pengarahan kepada klien untuk membrikan suatu
jawaban tertentu,
|
12.
|
Aplikasi
Pendekatan Behavior di Sekolah
|
Pendekatan behavioral ini dapat
juga diaplikasikan menuju proses pembelajaran. Hal yang tampak terlihat
diantaranya sebagai berikut :
a) Bahan yang dipelajari dianalisis
sampai pada unit-unit secara organis.
b) Hasil berlajar harus segera
diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c) Proses belajar harus mengikuti irama
dari yang belajar.
d) Materi pelajaran digunakan sistem
modul.
e) Tes lebih ditekankan untuk
kepentingan diagnostic.
f) Dalam proses pembelajaran lebih
dipentingkan aktivitas sendiri.
g) Dalam proses pembelajaran tidak
dikenakan hukuman.
h) Dalam pendidikan mengutamakan
mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
i)
Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j)
Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu).
k) Tingkah laku yang diinginkan,
dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
l)
Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
m) Mementingkan kebutuhan yang akan
menimbulkan tingkah laku operan.
n) Dalam belajar mengajar menggunakan
teaching machine.
o) Melaksanakan mastery learning
yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena
tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu
yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
|
Selasa, 30 April 2013
Peta kognitif Pendekatan Behavior
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar