1. Pengertian Tujuan Bimbingan
Klasikal
Tujuan bimbingan klasikal adalah
arah dan sasaran yang hendak dicapai dalam rangka mewujudkan perkembangan yang
optimal dan kemandirian siswa melalui proses bimbingan klasikal.
2. Manfaat Perumusan Tujuan Bimbingan Klasikal
a. Tujuan bimbingan klasikal menentukan
arah pada proses bimbingan klasikal dan menentukan perilaku sebagai bukti hasil
bimbingan klasikal. Menurut Nurihsan (2006: 8), bahwa tujuan bimbingan
memberikan arah agar individu dapat merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karier, serta kehidupannya pada masa yang akan datang;
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan seoptimal mungkin; menyesuaikan diri
dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya;
dan mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja. Menentukan
perilaku sebagai bukti hasil bimbingan klasikal dapat dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengenal dan memahami potensi,
kekuatan, serta tugas-tugasnya; mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada
di lingkungannya; mengenal dan menentukan tujuan, rencana hidup serta rencana
pencapaian tujuan tersebut; memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri;
menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, lembaga tempat bekerja dan
masyarakat; menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan lingkungan; serta
mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat,
teratur, dan optimal.
b. Sebagai alat untuk membantu guru
pembimbing/konselor dalam mendeskripsikan, menyusun teknik dan alat penilaian
bimbingan klasikal.
3. Macam-macam Tujuan Bimbingan
Klasikal
Berdasarkan aspek-aspek yang merupakan sasaran atau
perilaku sebagai bukti hasil belajar karena pengaruh bimbingan klasikal
diklasifikasi menjadi tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor
seperti diutarakan B.S. Bloom dkk. dalam taksonominya (Winkel 1987: 149-160;
Suciati 2005: 6-17) sebagai berikut:
a.
Tujuan
bimbingan klasikal pada aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir
mencakup kemampuan intelektual sederhana yakni mengingat sampai kemampuan
memecahkan masalah. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek
kognitif dari tingkatan paling rendah meliputi: pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b.
Tujuan
bimbingan klasikal pada aspek afektif berorientasi dengan perasaan, emosi,
sistem nilai, dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap
sesuatu. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif dari
tingkatan paling rendah meliputi: penerimaan, partisipasi, penentuan sikap,
pembentukan organisasi sistem nilai dan pembentukan pola hidup.
c.
Tujuan
bimbingan klasikal pada aspek psikomotor berorientasi kepada ketrampilan
motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan
koordinasi syaraf dan otot. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada
aspek psikomotor dari tingkatan paling rendah meliputi: persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola
gerakan dan kreativitas.
Berdasarkan waktu berlangsungnya,
tujuan bimbingan klasikal dibedakan menjadi tujuan berdasarkan proses dan hasil
(Nurihsan 2006: 92, Abimanyu dan Manrihu 2009182-183). Tujuan bimbingan
klasikal berdasarkan proses berkaitan dengan tujuan untuk memonitor kefektifan
suatu strategi yang digunakan dalam bimbingan klasikal. Tujuan bimbingan
klasikal berdasararkan hasil berkaitan tipe, arah dan banyaknya perubahan
tingkah laku baik selama dan setelah pelaksanaan bimbingan klasikal.
Berdasarkan lingkupnya dibedakan adanya
tujuan umum dan tujuan khusus bimbingan klasikal. Tujuan umum bimbingan
klasikal ialah agar siswa dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;
(3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Tujuan khusus bimbingan klasikal berhubungan dengan membantu siswa agar dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial,
belajar (akademik), dan karir sebagai berikut:
1. Tujuan bimbingan dan konseling
yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:
- Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
- Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
- Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
- Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
- Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
- Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
- Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
- Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
- Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
- Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
2. Tujuan bimbingan dan konseling
yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
- Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
- Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
- Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
- Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
- Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
- Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling
yang terkait dengan aspek karir adalah
- Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
- Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
- Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
- Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
- Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
- Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
- Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
- Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
- Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
Berdasarkan kompetensi kemandirian
siswa diklasifikasikan tujuan bimbingan klasikal pada aspek-aspek berikut ini:
(1) landasan hidup religius, (2) landasan perilaku etis, (3) kematangan emosi,
(4) kematangan intelektual, (5) kesadaran tanggung jawab sosial, (6) kesadaran
gender, (7) pengembangan pribadi, (8) perilaku kewirausahaan (perilaku
ekonomis), (9) wawasan dan kesiapan karir, (10) kematangan hubungan dengan
teman sebaya, dan (11) kesiapan diri
untuk menikah dan berkeluarga (Depdiknas 2007: 253-258).
Merumuskan Tujuan Bimbingan
Klasikal
Seperti dikemukakan di atas, bahwa tujuan
bimbingan klasikal digunakan untuk mendeskripsikan, menyusun teknik dan alat
penilaian bimbingan klasikal. Oleh karena itu tujuan khusus atau
indikator bimbingan klasikal perlu dirumuskan dengan menggunakan kalimat yang
jelas, dapat diamati dan terukur.
Cara merumuskan tujuan khusus atau indikator bimbingan klasikal yang baik
idealnya memenuhi kriteria A, B, C dan D. A adalah audience, yakni siswa yang mengikuti bimbingan klasikal. B adalah behavior yakni perilaku spesifik siswa
setelah selesai mengikuti bimbingan
klasikal, perilaku ini terdiri atas dua bagian yakni: kata kerja operasional
dan obyek atau hal spesifik yang dilakukan. C adalah condition, yaitu kondisi atau batasan atau alat yang digunakan pada
saat siswa dinilai dalam menunjukkan perilaku khusus tersebut. D adalah degree, yakni tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku
tersebut. Singkatan ABCD memudahkan mengingat keempat unsur dalam merumuskan
indikator bimbingan klasikal, tetapi seringkali dirumuskan dengan susunan
CABD (Winkel 1987: 145-147; Suparman
2005: 132-139).
Contoh:
Setelah
diberi kesempatan memilih jurusan
siswa mampu memilih jurusan secara tepat.
C
A B D
Dalam rangka memudahkan merumuskan kata kerja operasional pada setiap aspek
dan tingkatan perilaku dapat digunakan rambu-rambu perumusan kata kerja
operasional seperti pada tabel 1 dan 2 berikut ini (Depdiknas 5-8). Klasifikasi tingkat kompetensi
berdasarkan kata kerja yang digunakan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat
Kompetensi Kata Kerja Operasional
No
|
Klasifikasi Tingkat Kompetensi
|
Kata Kerja
Operasional yang Digunakan
|
1
|
Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing
with retrieval)
|
1.
Mendeskripsikan
(describe)
2.
Menyebutkan
kembali (recall)
3.
Melengkapi (complete)
4.
Mendaftar (list)
5.
Mendefinisikan (define)
6.
Menghitung (count)
7.
Mengidentifikasi (identify)
8.
Menceritakan (recite)
9.
Menamai (name)
|
2
|
Memproses
(processing)
|
1.
Mensintesis (synthesize)
2.
Mengelompokkan (group)
3.
Menjelaskan (explain)
4.
Mengorganisasikan (organize)
5.
Meneliti/melakukan
eksperimen (experiment)
6.
Menganalogikan (make
analogies)
7.
Mengurutkan (sequence)
8.
Mengkategorikan (categorize)
9.
Menganalisis (analyze)
10.
Membandingkan (compare)
11.
Mengklasifikasi (classify)
12.
Menghubungkan (relate)
13.
Membedakan (distinguish)
14.
Mengungkapkan sebab
(state causality)
|
3
|
Menerapkan dan mengevaluasi
|
1.
Menerapkan suatu prinsip (applying a
principle)
2.
Membuat model (model building)
3.
Mengevaluasi (evaluating)
4.
Merencanakan (planning)
5.
Memperhitungkan/meramalkan kemungkinan (extrapolating)
6.
Memprediksi (predicting)
7.
Menduga/Mengemukakan
pendapat/ mengambil kesimpulan (inferring)
8.
Meramalkan
kejadian alam/sesuatu (forecasting)
9.
Menggeneralisasikan
(generalizing)
10. Mempertimbangkan /memikirkan
kemungkinan-kemungkinan (speculating)
11. Membayangkan /mengkhayalkan/
mengimajinasikan (Imagining)
12. Merancang (designing)
13. Menciptakan (creating)
14. Menduga/membuat dugaan/ kesimpulan
awal (hypothezing)
|
Selain tingkat kompetensi, penggunaan
kata kerja menunjukan penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap,
pengetahuan, serta keterampilan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi
kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan
lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai kemampuan
keterampilan yang diinginkan. Klasifikasi kata
kerja berdasarkan aspek kognitif, Afektif dan Psikomotorik disajikan dalam
tabel 2, 3, dan 4.
Tabel 2 : Kata Kerja Ranah Kognitif
Pengetahuan
|
Pemahaman
|
Penerapan
|
Analisis
|
Sintesis
|
Penilaian
|
Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Membilang
Mengidentifikasi
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi indeks
Memasangkan
Menamai
Menandai
Membaca
Menyadari
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Menyatakan
Mempelajari
Mentabulasi
Memberi kode
Menelusuri
Menulis
|
Memperkirakan
Menjelaskan
Mengkategorikan
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Mengubah
Mempertahankan
Menguraikan
Menjalin
Membedakan
Mendiskusikan
Menggali
Mencontohkan
Menerangkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan
|
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Menyesuaikan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Mengklasifikasi
Menghitung
Membangun
Membiasakan
Mencegah
Menentukan
Menggambarkan
Menggunakan
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemukakan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mengoperasikan
Mempersoalkan
Mengkonsepkan
Melaksanakan
Meramalkan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Mensimulasikan
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Memproses
Meramalkan
|
Menganalisis
Mengaudit
Memecahkan
Menegaskan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Merinci
Menominasikan
Mendiagramkan
Megkorelasikan
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah
Memaksimalkan
Memerintahkan
Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer
|
Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengumpulkan
Mengkategorikan
Mengkode
Mengombinasikan
Menyusun
Mengarang
Membangun
Menanggulangi
Menghubungkan
Menciptakan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merancang
Merencanakan
Mendikte
Meningkatkan
Memperjelas
Memfasilitasi
Membentuk
Merumuskan
Menggeneralisasi
Menggabungkan
Memadukan
Membatas
Mereparasi
Menampilkan
Menyiapkan
Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi
|
Membandingkan
Menyimpulkan
Menilai
Mengarahkan
Mengkritik
Menimbang
Memutuskan
Memisahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertahankan
Memerinci
Mengukur
Merangkum
Membuktikan
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksikan
|
Tabel 3. Kata Kerja
Ranah Afektif
Menerima
|
Menanggapi
|
Menilai
|
Mengelola
|
Menghayati
|
Memilih
Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Menganut
Mematuhi
Meminati
|
Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak
|
Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungkan
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang
|
Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
|
Mengubah perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
Memecahkan
|
Tabel 4. Kata Kerja
Ranah Psikomotorik
Menirukan
|
Memanipulasi
|
Pengalamiahan
|
Artikulasi
|
Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Melamar
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Membangun
Mengubah
Membersihkan
Memposisikan
Mengonstruksi
|
Mengoreksi
Mendemonstrasikan
Merancang
Memilah
Melatih
Memperbaiki
Mengidentifikasikan
Mengisi
Menempatkan
Membuat
Memanipulasi
Mereparasi
Mencampur
|
Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Mengirim
Memindahkan
Mendorong
Menarik
Memproduksi
Mencampur
Mengoperasikan
Mengemas
Membungkus
|
Mengalihkan
Mempertajam
Membentuk
Memadankan
Menggunakan
Memulai
Menyetir
Menjeniskan
Menempel
Menseketsa
Melonggarkan
Menimbang
|
Daftar Pustaka
Abimanyu, Soli dan M. Thayeb
Manrihu. 2009. Teknik dan Laboratorium
Konseling Jilid I. Makassar:
Badan Penerbit UNM
Depdiknas. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. 2009. Panduan Pengembangan Indikator. http://www.docudesk.com (3 April 2011).
Nurihsan, Achmad Juntika. 2006.
Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai
Latar Belakang Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Suciati. 2005. PEKERTI. Mengajar di Perguruan Tinggi. Buku
1.07. Taksonomi Tujuan Instruksional. Jakarta: Pusat antar Universitas
untuk peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Derektorat Jendral
Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling.
http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/03/14/tujuan-bimbingan-dan-konseling/
(3 April 2011).
Suparman, Atwi W. 2005. PEKERTI. Mengajar di Perguruan Tinggi. Buku
1.08. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk
peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Derektorat Jendral
Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Winkel. W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar